”Start Up” Teknologi Bisa Jadi Solusi Industri di Masa Pandemi Covid-19

 Kerja sama antara perusahaan industri besar dan usaha rintisan atau start up perlu semakin diperkuat. Usaha rintisan dapat menawarkan solusi untuk melakukan transformasi digital yang berdampak pada peningkatan efisiensi hingga memberikan model bisnis baru kepada perusahaan industri besar.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan yang sangat berat bagi industri dalam negeri. Ia memahami bahwa pelaku industri saat ini telah melakukan penyesuaian untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan usaha.

Agus mengatakan, sebagai salah satu upaya memulihkan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19, pemerintah telah menetapkan target program substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022. Menurut dia, industri dapat melihat potensi bisnis baru yang tercipta melalui kebijakan tersebut. Pemanfaatan beragam aplikasi dan layanan yang ditawarkan oleh usaha rintisan teknologi dapat menjadi solusinya.

”Industri bisa bergegas untuk meraih potensi pasar baru yang muncul. Dan, agar bisa unggul, maka inovasi dan teknologi menjadi kunci. Salah satu caranya adalah melalui peran start up sebagai technology provider,” kata Agus saat membuka Seminar Nasional Start4Industry 2020 yang digelar secara virtual pada Rabu (14/10/2020) siang.

Agus mengatakan, ekosistem usaha rintisan di Indonesia sebetulnya sudah terbentuk cukup baik. Mengutip Global Startup Ecosystem Report 2020, Indonesia, khususnya Jakarta, berada di posisi kedua dari 100 ekosistem usaha rintisan yang sedang berkembang (emerging startup ecosystems), hanya di bawah Mumbai, India.

”Indonesia menjadi salah satu negara yang dilirik investor untuk berinvestasi pada start up. Ini memperlihatkan kalau Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk teknologi digital,” kata Agus.

Meski demikian, menurut Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih, komitmen para pemilik perusahaan industri besar untuk berkolaborasi dengan start up dalam mentransformasikan bisnisnya menjadi berbasis digital masih menjadi tantangan.

”Jika mindset pemilik perusahaan itu terbuka untuk melakukan transformasi digital, keberhasilan implementasi akan lebih besar dan menghasilkan bisnis berkelanjutan yang kontinu,” kata Gati.

Salah satu bentuk kerja sama antara perusahaan rintisan teknologi dan perusahaan industri besar yang telah berhasil adalah antara PT Petrokimia Gresik dan usaha rintisan teknologi Machine Vision.

Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, dengan teknologi virtual reality dan augmented reality (VR/AR) yang dimiliki oleh Machine Vision, proses pendidikan calon karyawan pabrik dapat dipersingkat.

Industri bisa bergegas untuk meraih potensi pasar baru yang muncul. Dan, agar bisa unggul, maka inovasi dan teknologi menjadi kunci. Salah satu caranya adalah melalui peran start up sebagai technology provider.

”Mereka yang dididik dengan modul digital learning selama 6 bulan hingga 1 tahun ini memiliki keterampilan yang setara dengan yang dididik secara konvensional selama dua tahun,” kata Dwi.

Dwi mengatakan, pihaknya juga telah menyiapkan peta jalan digitalisasi operasional perusahaannya guna meningkatkan efisiensi.

Chief Business Development Officer Machine Vision Muhammad Ali Fikri mengatakan, kolaborasi bersama usaha rintisan menjadi penting bagi perusahaan industri yang sudah matang. Hal ini karena, menurut dia, banyak perusahaan industri yang tidak memiliki kompetensi digital. Akibatnya, perusahaan tidak memiliki strategi tranformasi digital.

Mengutip buku Shortcut Your Startup oleh Carter dan Courtney Reum (2018), Ali mengatakan, 82 persen dari 2.500 responden perusahaan industri besar mengaku membutuhkan start up untuk berkolaborasi dengan tujuan mengadaptasi dan menemukan model bisnis yang baru.

”Kolaborasi dengan start up ini adalah kunci digital transformation,” kata Ali.

Presiden Direktur firma konsultan McKinsey Indonesia Phillia Wibowo mengatakan, transformasi digital juga menjadi hal yang penting untuk menyelesaikan salah satu pekerjaan rumah besar Indonesia, yakni rendahnya usaha serta industri mikro dan kecil yang dapat ”lulus” menjadi industri menengah.

Kolaborasi bersama usaha rintisan menjadi penting bagi perusahaan industri yang sudah matang. Banyak perusahaan industri yang tidak memiliki kompetensi digital. Akibatnya, perusahaan tidak memiliki strategi tranformasi digital.

Berdasarkan penelitiannya, jika usaha mikro, kecil, dan menengah melakukan digitalisasi, pada 2030, sektor ini akan menyumbang 140 miliar dollar AS atau peningkatan 0,5 persen pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Anggota Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Wantiknas), Aswin Sasongko, mengatakan, para pelaku usaha dan industri mikro juga harus menguasai pengetahuan teknologi dan juga bahasa asing agar bisa lebih berkembang.

Startup4Industry

Dalam kesempatan yang sama, program Startup4Industry 2020 diluncurkan oleh Kemenperin. Program ini bertujuan untuk menjembatani industri dan usaha rintisan. Gati mengatakan, usaha rintisan Indonesia akan lebih memahami kebutuhan dan persoalan yang dihadapi industri lokal sekaligus memberikan solusi teknologi yang sesuai.

ref : www.startup4industry.id/

Berbagi:  

Komentar

Articles